Bertolak belakangnya program pemerintah Pusat dan Daerah untuk pemulihan perekonomian masyarakat menengah ke bawah menjadi sebuah pertanyaan besar, khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Sumenep, 26/7/23.
Ketika Pemerintah Pusat fokus pada pemulihan ekonomi dampak Coid-19 melalui berbagai program padat karya yang diluncurkan langsung ke Desa melalui lembaga atau kelompok masyarakat, justru Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep bertolak belakang.
Yaitu menyetor kekayaan Daerah ke pabrik-pabrik, mengubah item bahan untuk pengadaan barang/jasa ke pabrikasi, diantaranya U-Ditch untuk saluran Drainase, Bata Ringan, Mortar Plester, Kusen Aluminum dan Rangka Atap Baja Ringan.
Tidak cukup dengan barang pabrikasi bahkan pekerjaan kontraktor juga dibatasi bahwa rangka atap baja ringan harus dikerjakan dari pabrik, kemudian kontraktor diatur dengan diberi keuntungan cuma 2,5%, jangankan untung untuk biaya PPN+PPH saja sudah mengorek kantong sendiri.
Salah satu kontraktor yang tidak mau namanya dipublikasi. Sebut saja Sabar, ia menyampaikan kepada Cyber Media Network, “Tahun 2022 kemarin, untuk pekerjaan rangka atap baja ringan dan kusen alumunium yang dikerjakan Pak Yusron Aplikator Mulcindo dengan anggaran lima puluh juta lebih, saya dikasih keuntungan sejuta dua ratus, ya Alhamdulilah kalau bicara untung jadi patung. Untuk mengcover PPH PPN aja, sudah gak cukup Mas Hendra”, jelas sabar.
“Dan tidak hanya itu Mas, saya kecewa kasihan pekerja seharusnya diberdayakan terus bekerja sampai bangunan selesai. terpaksa berhenti setengah jalan, karena yang ngerjain harus orang dari Mulcindo yang dari Jawa, terus darimana perencanaan dapat info harga pasar, padahal di Sumenep tidak dijual”, tuturnya.
Aktivis anti Korupsi, Rasyid Nadyien bekas Murid kesayangan K.H Mahrus Aly lirboyo menyampaikan kepada awak Media CMN, bahwa, “Merk Mulcindo menguasai 99% untuk pekerjaan Atap Baja ringan di Kabupaten Sumenep”.
Lanjut Rasyid “yang pasti Mas, Mulcindo ini tidak datang sendiri menawarkan barang ke setiap Dinas, yah, tentunya ada Mr. X lah yang membawa, mengkoordinir dan memanage, sehingga dalam persyaratan tercantum Merk Mulcindo, Sertifikat Aplikator dan Garansi Pabrik, Passwordnya yaitu supaya kontraktor terikat”, tegasnya.
Rasyid melanjutkan dengan detail. “Anehnya di seluruh toko bangunan yang ada di Sumenep Merk Mulcindo tidak terjual, usut punya usut ke Pabrik ternyata menyampaikan maaf sudah ada orang yang ngunci, ini aneh tapi nyata, ini kan kongkalikong namanya, secara kajian teknis apa kelebihan mulcindo dari produk lain ? tolong tunjukkan”.
“Bisa dibayangkan seratus paket lebih dikerjakan oleh TIM yang dipimpin YB, dan harus dibayar dulu di transfer ke rekening pribadi YB kemudian nunggu daftar tunggu untuk dikerjakan”, jelasnya.
Aktivis yang tak suka basa basi itu mengatakan “Ini suatu perampasan terhadap hak kontraktor, pembatasan terhadap hak pekerja lokal yang seharusnya diberdayakan untuk pemulihan ekonomi sumenep, Naaah ini malah dijadikan ajang kongkalikong yang sudah terkontaminasi dengan baik, yang tujuannya memperkaya para pihak yang terlibat dalam berkepentingan”, imbuhnya.