Pemerintah telah membuat nota diplomatik protes dan memanggil Duta Besar (Dubes) Swedia. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk dan upaya mengutuk keras peristiwa pembakaran salinan ayat suci Al-Qur’an yang terjadi ketika menggelar aksi demonstrasi di Stockholm, Swedia, beberapa pekan lalu.
“Ini pemerintah sudah membuat nota diplomatik protes tentang peristiwa ini dan telah memanggil Duta Besarnya,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) Maruf Amin yang dikutip melalui siaran pers pada Kamis (26/1/2023).
Menurut Wapres, Aksi pembakaran dan perobekan Al-Qur’an bukan merupakan bentuk kebebasan berekspresi, karena seharusnya memperhatikan hak beragama orang lain.
Atas kejadian itu, Wapres meyakini akan berpotensi memicu konflik dan merusak toleransi beragama di berbagai negara.
“Memang peristiwa itu bisa memicu konflik, bahkan kalau kita tidak bisa menjaganya, potensi konflik itu bisa melebar, terjadi di berbagai negara lain,” kata Wapres mengingatkan.
Wapres pun menekankan, untuk menjaga kerukunan antarumat beragama perlu penerapan teologi kerukunan dan menjauhi narasi konflik.
“Teologi kerukunan itu narasi-narasinya juga tidak boleh dalam menyampaikan paham keagamaannya itu kemudian menimbulkan konflik,” tuturnya.
Menurut Wapres, jangankan tindakan membakar dan menyobek Al-Qur’an, ucapan saja memiliki potensi membawa permusuhan.
“Apalagi itu tindakan, ucapan pun sebenarnya harus dijaga. Itulah yang tadi saya bilang teologi kerukunan,” tegasnya.
Untuk itu, pada kesempatan ini Wapres berpesan agar tindakan penodaan agama dalam bentuk apapun dan di manapun harus dicegah, termasuk dengan pemberian sanksi bagi para pelakunya.
“Di negara kita, alhamdulillah kita sudah bisa selalu menjaga yang disebut sebagai penodaan agama. Oleh karena itu, bagi kita, kita cegah penodaan agama itu, harus kita beri sanksi, supaya tidak terjadi dan menimbulkan konflik,” pesannya.
Indonesia sendiri, kata Wapres, selama ini dikenal sebagai negara yang paling toleran di dunia. Sehingga, ia mengharapkan apa yang terjadi di Swedia dan Belanda tidak berpengaruh terhadap toleransi kehidupan beragama di tanah air.
“Artinya kita sebagai bangsa sudah punya landasannya, sudah punya semangat, sudah punya karakter yang kita bina selama ini sebagai bangsa yang toleran. Jadi jangan sampai ada unsur-unsur intoleran itu masuk di sini,” pungkas Wapres.